A.
Pengertian
Manusia dan Kebudayaan
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens”
(Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi
(mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah
konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus)
atau seorang individu. Menurut I Wayan Watra, manusia adalah mahluk yang dinamis dengan
trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa. Sedangkan menurut Paula
J. C & Janet W. K, manusia adalah mahluk
terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban tanggung jawab atas
keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola berhubungan dan
unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinan.
Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang
berarti cinta, karsa, dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa
Sansekerta budhayah yaitu bentuk
jamak dari kata buddhi yang berarti
budi atau akal. Dalam bahasa Inggris, kata budaya berasal dari kata culture, dalam bahasa Belanda
diistilahkan dengan kata cultuur,
dalam bahasa Latin, berasal dari kata colera. Colera berearti mengolah,
mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan tanah (bertani).
Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai segala
daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Berikut pengertian
budaya atau kebudayaan dari beberapa ahli:
1. E.B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan
komplek yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh
manusia sebagai anggota masyarakat.
2. R. Linton, kebudayaan dapat dipandang sebai
konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil ntingkah laku yang
dipelajari, dimana unsur pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota
masyarakat lainnya.
3. Koentjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan
adalah keseluruhan sistem gagasan, milik diri manusia dengan belajar.
4. Selo
Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, mengatakan bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya,
cipta, dan rasa masyarakat.
5. Andreas
Eppink,
menyatakan bahwa kebudayaan mengandung keseruhan pengertian, nilai, norma, ilmu
pengetahuan, serta keseluruhan struktur–struktur sosial, religius, dan
lain–lain, ditambah lagi dengan segala intelektual dan artistik yang menjadi
ciri khas suatu masyarakat.
B.
Perwujudan
Kebudayaan
Perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan
oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda
yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain.
J.J. Honigmann dalam bukunya
“The World of Man”
(1959) membagi budaya dalam tiga wujud yaitu: ideas, activities, dan artifacts.
1. Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk
kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya
yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini
terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika
masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka
lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil
karya para penulis warga masyarakat tersebut.
2. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan
sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia
yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan
manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan
didokumentasikan.
3. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari
aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa
benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan.
Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Sedangkan Koentjaraningrat, dalam buku “Pengantar
Antropologi”
menggolongkan
wujud budaya menjadi
:
1.
Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, dan peraturan.
Perwujudan
dan kebudayaan yang bersifat abstrak, tempatnya ada di alam pikiran manusia
dimana kebudayaan itu hidup. Kebudayaan ideal ini disebut pula tata kelakuan
yang mempunyai fungsi mengatur, mengendalikan, dan memberi arah kepada
tindakan, kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat sebagai sopan santun.
Kesimpulannya,
budaya ideal ini merupakan perwujudan kebudayaan yang bersifat abstrak.
2.
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat.
Wujud
tersebut dinamakan sistem sosial, karena menyangkut tindakan dan kelakuan
berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini bisa diobservasi karena dalam
sistem sosial ini terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi dan
berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya dalam masyarakat. Lebih jelasnya
tampak dalam bentuk perilaku dan bahasa pada saat mereka berinteraksi dalam
pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat.
Kesimpulannya,
sistem sosial ini merupakan perwujudan kebudayaan yang bersifat konkret, dalam
bentuk perilaku dan bahasa.
3.
Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud
yang terakhir ini disebut pula kebudayaan fisik. Di mana wujud budaya ini
hampir seluruhnya merupakan hasil fisik. Sifatnya paling konkret dan berupa
benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, difoto yang berwujud besar
ataupin kecil. Kebudayaan fisik ini merupakan perwujudan kebudayaan yang
bersifat konkret, dalam bentuk materi/artefak.
C.
Substansi
(Isi) Utama Budaya
Substansi (isi) utama kebudayaan merupakan wujud abstrak
dari segala macam ide dan gagasan manusia yang bermunculan di dalam masyarakat
yang memberi jiwa kepada masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk atau berupa
sistem pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos
kebudayaan.
1. Sistem
Pengetahuan
Sistem pengetahuan yang dimiliki
manusia sebagai makhluk sosial merupakan suatu akumulasi dari perjalanan
hidupnya dalam hal berusaha memahami:
a. Alam sekitar;
b. Alam flora di daerah tempat
tinggal;
c. Alam fauna di daerah tempat tinggal;
d. Zat-zat bahan mentah, dan
benda-benda dalam lingkungannya;
e. Tubuh Manusia;
f. Sifat-sifat dan tingkah laku sesama
manusia;
g. Ruang dan Waktu
Untuk memperoleh pengetahuan
tersebut di atas manusia melakukan 3 cara, yaitu :
a) Melalui pengalaman dalam kehidupan
sosial. Pengetahuan melalui pengelaman langsung ini akan membentuk kerangka
fikir individu untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan aturan yang dijadikan
pedomannya.
b) Berdasarkan pengalaman yang
diperoleh melalui pendidikan formal/resmi (di sekolah) maupun dari pendidikan
non-formal (tidak resmi), seperti kursus-kursus, penataran-penataran dan
ceramah.
c) Melalui petunjuk-petunjuk yang
bersifat simbolis yang sering disebut sebagai komunikasi simbolik.
2. Nilai
Nilai adalah sesuatu yang baik yang
selalu diinginkan, dicita-citakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia
sebagai anggota masyarakat. Karena itu, sesuatu dikatakan memiliki nilai apabila
berguna dan
berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estetis), baik (nilai moral atau
etis), religius (nilai agama).
C. Kluchohn mengemukakan, bahwa yang
menentukan orientasi nilai budaya manusia di dunia adalah lima dasar yang
bersifat universal, yaitu:
a. Hakikat hidup manusia (MH);
b. Hakikat karya manusia (MK);
c. Hakikat waktu manusia (MW);
d. Hakikat alam manusia (MA);
e. Hakikat hubungan antarmanusia
(MM).
3. Pandangan
Hidup
Pandangan hidup
adalah suatu nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat dan dipilih secara
selektif oleh individu, kelompok atau suatu bangsa. Pandangan hidup suatu
bangsa adalah kristalisasi nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri,
yang diyakini kebenarannya, dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya.
Pandangan hidup merupakan pedoman bagi suatu bangsa atau
masyarakat dalam menjawab atau mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya.
Oleh karena itu, pandangan hidup merupakan nilai-nilai yang dianut oleh suatu
masyarakat dengan dipilih secara selektif oleh individu, kelompok atau bangsa.
4. Kepercayaan
Pada dasarnya, manusia yang memiliki naluri untuk
menghambakan diri kepada yang Mahatinggi, yaitu dimensi lain di luar diri dan
lingkungannya, yang dianggap mampu mengendalikan hidup manusia. Dorongan ini
sebagai akibat atau refleksi ketidakmampuan manusia dalam menghadapi
tantangan-tantangan hidup, dan hanya yang Mahatinggi saja yang mampu memberikan
kekuatan dalam mencari jalan keluar dari permasalahan hidup dan kehidupan.
5. Persepsi
Persepsi atau sudut pandang ialah suatu titik tolak
pemikiran yang tersusun dari seperangkat kata-kata yang digunakan untuk
memahami kejadian atau gejala dalam kehidupan. Persepsi terdiri atas:
· Persepsi sensorik, yaitu persepsi
yang terjadi tanpa menggunakan salah satu dari panca indera manusia.
· Persepsi clairvoyance, adalah
kemampuan melihat peristiwa atau kejadian di tempat lain, jauh dari tempat
orang yang bersangkutan.
· Persepsi telepati, adalah kemampuan
mengetahui kegiatan mental individu lain.
6.
Etos Kebudayaan
Etos atau jiwa kebudayaan berasal
dari bahasa Inggris berarti watak khas. Etos sering tampak pada gaya perilaku
warga. Misalnya, kegemaran-kegemaran warga masyarakatnya, serta berbagai benda
budaya hasil karya mereka, dilihat dari luar oleh orang asing.
Etos atau watak
khas yang sering tampak pada gaya tingkah laku warga masyarakat,
kegemaran-kegemaran dan berbagai hasil karya masyarakat.
D.
Sifat-Sifat
Budaya
Kendati
kebudayaan dimiliki oleh setiap masyarakat itu tidak sama, seperti di Indonesia
yang terdiri dari berbagai suku bangsa yang berbeda, tetapi setiap kebudayaan
memiliki ciri dan sifat yang sma. Sifat tersebut bukan diartikan secara
spesifik, melainkan bersifat universal. Dimana sifat-sifat budaya itu memilki
ciri-ciri yang sama bagi setiap kebudayaan manusia tanpa membedakan faktor ras,
lingkungan alam, atau pendidikan. Yaitu sifat hakiki yang berlaku bagi setiap
budaya dimanapun juga.
Sifat Hakiki
dari kebudayaan tersebut antara lain :
1. Budaya
terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia.
2. Budaya
telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak
akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.
3. Budaya
diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.
4. Budaya
mencakup aturan – aturan yang berisikan kewajiban – kewajiban,tindakan-tindakan
yang diterima dan ditolak,tindakan – tindakan yang diterima dan
ditolak,tindakan-tindakan yang dilarang dan tindakan – tindakan yang tidak
diizinkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar